“Pemahaman Wawasan Nasional Nusantara di Masyarakat Indonesia “
Pemahaman
tentang Wawasan Nusantara sebenarnya sudah ada dikalangan masyarakat sejak
perjalan Panjang Sejarah Bangsa Indonesia yang dimulai sejak semangat dari
perjuangan bangsa yang telah ditunjukan dengan adanya hari kemerdekann yaitu
pada tanggal 17 agustus 1945.
kita ketahui wawasan
nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara, tentang diri dan
lingkungannya dalam eksistensi yang serba terhubung dan dalam pembangunan di
lingkungan nasional, regional, serta global. Bangsa Indonesia memiliki wawasan
nasionalnya sendiri, yang disebut wawasan nusantara, yang berarti cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan
kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
Kehidupan suatu
bangsa dan negara senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan
strategis. Wawasan nusantara dibutuhkan untuk memberikan inspirasi pada suatu bangsa
dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan oleh
lingkungan strategis dengan mewujudkan ketahanan, keuletan dan ketangguhan
nasionalnya guna menghadapi tantangan, sehingga program pambangunan nasional
dapat dilaksanakan dalam mencapai tujuan nasional.
Di Indonesia dengan Masyarakat yang sudah serba modern ini mungkin banyak sekali terutama berbagai Kasus tentang wawasan nusantara itu sendiri dan ada contoh kasus dibawah ini.
Di Indonesia dengan Masyarakat yang sudah serba modern ini mungkin banyak sekali terutama berbagai Kasus tentang wawasan nusantara itu sendiri dan ada contoh kasus dibawah ini.
·
Krisis Di Indonesia
Krisis nilai tukar yang dialami oleh bangsa Indonesia pada
periode Juni 1998, telah membawa akibat yang sungguh diluar perkiraan
siapapun, bahkan tak pula prediksi para ahli. Krisis tersebut, pada kisah
lanjutannya berkembang dan meluas mencapai krisis multidimensional; ekonomi,
politik, sosial, budaya dan kemudian identitas bangsa.
Kemudian krisis ekonomi tersebut ditandai kesulitan memperoleh bahan
pokok dan kesempatan kerja (sebagai akibat banyaknya perusahaan yang harus gulung
tikar dikarenakan krisis hutang akibat depresiasi rupiah yang amat tajam dan
mendadak), yang kemudian menjadi pemicu timbulnya gerakan mahasiswa yang muncul
bagaikan ribuan semut.. Gerakan mahasiswa itu, kemudian menciptakan kesadaran
kolektif komponen bangsa yang lain, untuk menyadari bahwa upaya mengatasi
krisis ekonomi, haruslah diawali dengan reformasi di dalam bidang politik.
Reformasi politik, yang semula diarahkan pada pembersihan pemerintahan
dari korupsi, kolusi dan nepotisme yang kemudian diakronimkan menjadi “KKN”,
ternyata tidak mendapat sambutan yang positif dari pemerintahan Presiden
Soeharto yang ketika itu berkuasa. Akibatnya, kekecewaan timbul sebab
ketidak-responsif-an pemerintah, malah membawa tuntutan yang sifatnya lebih
mendesak; yakni perlunya pergantian pimpinan pemerintahan dari Presiden
Soeharto. Gerakan mahasiswa, yang menggulirkan tuntutan pergantian pimpinan
nasional itu, akhirnya mampu untuk memaksa Soeharto untuk mengundurkan diri,
pada tanggal 21 Mei 1998. Ketika itu, ratusan ribu mahasiswa menduduki Gedung
MPR/DPR untuk menyatakan tuntutannya.
pergantian pimpinan nasional
tersebut melahirkan suasana politik yang hiruk pikuk. Tiba-tiba, semua orang
ingin bicara dan didengar suaranya. Termasuk dari mereka yang selama ini
dikenal sebagai pendukung setia rejim masa lalu. Akibatnya banyak “bunglon
politik” yang ikut bermain dalam kancah politik Indonesia. Bermacam isu pula
menjadi sasaran untuk dihembuskan pada masyarakat. Diantara sekian banyak isu
itu adalah tuntutan desentralisasi kekuasaan dan pembagian keuangan yang lebih
adil antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan berbagai cara tuntutan itu
dimunculkan. Dalam kasus terakhir di Aceh, bahkan sampai menggelar “SU MPR”
(Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum)
Khusus untuk hal itu, beragam ide yang ditawarkan sebagai solusi pun
muncul, dari sekadar menuntut pembagian keuangan yang lebih adil, tuntutan
otonomi yang lebih luas, tuntutan federalisasi, sampai ke tuntutan kemerdekaan.
Referensi :
http://www.kompasiana.com/muthiputri/wawasan-nusantara-dan-contoh-kasusnya_552837a2f17e61dd
No comments:
Post a Comment