kupu-kupu

Sunday, November 24, 2013

si penari Gandrung (manusia vs pandangan hidup)

Semua manusia tentunya mempunyai kodrati yang diberi tuhan kepada manusia sehingga dapat menentukan masa depan kelaknya. bagi sang penari gandrung tentunya memiliki pandangan hidup yang terjadi pada hidupnya yang sesuai pada kebenaranya.



sang penari gandrung pastinya ingin mewujudkan cita-cita dan hidup yang jauh lebih baik lagi. namun pada dasarnya cita-cita adalah apa yang diinginkan dan mungkin dapat dicapai dengan usaha dan perjuangan.
tujuan yang dikendaki tentunya dengan kerja keras yang dilandasi oleh keyakinan dan kepercayaan.

Penari gandrung tentunya mempunyai pandangan hidup sesuai dengan kenyataan apa yang ada dikarenakan kehidupanya seorang wanita gandrung yang sering dipanggil dengan sebutan gendrung "semi".

seorang anak kecil yang masih berusia 10 tahun,waktu itu semi menderita penyakit yang cukup parah.
segala cara sudah dilakukan hingga kedukun,namun semi pun tak kunjung sembuh,sehingga ibu semi bernazar seperti  “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi).

 Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan sseblang (penari) sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.

Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat.

Tari gandrung adalah tari yang dibawakan oleh dua orang perempuan dan biasanya diiringi oleh gamelan.Tari Gandrung memiliki ciri khas,mereka menari dengan kipas dan ketika penari menyentuh kipasnya kepada salah satu penonton biasanya laki – laki dan di ajak untuk menari.

Sebelum menari para penari harus melakukan beberapa ritual seperti ritual sesajenan dengan menggunakan beberapa bebungaan juga  7 macam ketan dan penari di tutupi kain putih hal tersebut harus dilakukan karena sang penari  mengungkapkan rasa syukur dan agar mendapat restu dari nenek moyang gandrung sebelumnya. 

Namun Dilain pihak, Penari gandrung mendapatkan tekanan kultural dan struktural. tekanan kultural yang dinilai oleh masyarakat sebagai profesi yang nista dan kotor adalah penari penghibur. Pelaku darinya dianggap tak bermoral dan sampah masyarakat. Masyarakat, pada umumnya, menganggap bahwa dalam diri  penari gandrung  tidak terlintas sedikitpun nilai positif, beberapa sebabnya adalah dikhawatirkan ketika sang penari mendapat kan lawan tari (pengunjung) yang mabuk bisa terjadi pelecehan seksual, sang penari harus selalu melayani pengunjung selama pengunjung masih ada yang ingin menari, terkadang penari sendiri diejek oleh masyarakat sekitar dan lain sebagainya.

Karena pandangan negatif itulah serta beberapa faktor lainnya yang mengakibatkan Tari Gandrung semakin sepi peminatnya. Maka dari itu segala upaya untuk melestarikan kebudayaan asli indonesia ini dilakukan secara modern dan merubah pandangan orang terhadap segala keburukan dari Tari Gandrung yang ada, yaitu dengan cara menganggap Tari Gandrung hanyalah tarian biasa dengan artian begini diambil cara-cara bagaimana Tari Gandrung tersebut dan melepas kebiasaan “melayani pengunjung” dan menganggap Tarian Gandrung sebagai ajang melestarikan budaya Indonesia, misalnya perlombaan tarian, untuk menyambut turis/acara internasional. Dengan tujuan tersebut sekarang ini banyak SMA / SMK di indonesia ada pelajaran Tari yang dimaksudkan untuk mengajari bagaimana tarian tersbut dilakukan tetapi tidak untuk tujuan negatif seperti yang di pandangkan sebelumnya dan ternyata cukup berhasil ada beberapa penari-penari baru lahir dari SMA/ SMK dan dengan pandangan yang lebih positif dan baik tentunya.


sumber 

No comments:

Post a Comment